Selasa, 29 Maret 2011

Bersukurlah

Semestinya kita mensyukuri apa pun yang menimpa kita. Ini bukan soal keberuntungan. Bersyukur menuntun kita untuk senantiasa menyingkirkan sisi negatif dari hidup. Orang lain mungkin berkata bahwa kita tidak realistis. Namun, bersyukur adalah sikap menerima kenyataan. Adakah yang lebih realistis sebelum kita terbebas dari kecemasan dan ketakutan akan kenyataan?        
Bersyukur mendorong kita bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup selain sikap bersyukur.    

Semakin banyak kita bersyukur semakin banyak kita menerima. Semakin jauh kita mengingkari, semakin berat beban yang kita jejalkan pada diri sendiri. Banyak orang yang terpaku pada kegagalan lalu mengingkarinya. Sedikit sekali yang melihat keberhasilan lalu mensyukurinya. Kita tak akan pernah berhasil dengan menggerutu dan berkeluh kesah. Kita berhasil karena berusaha. Sedangkan Usaha kita lakukan karena melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukurlah sisi positif itu tampak di pandangan kita.    

Mulailah hari kita dengan meniatkan diri untuk merasakan setiap keiindahan yang hadir  setiap detik. Bukalah pikiran dan hati kita. Carilah keindahan dari apa yang hadir dihadapan kita. Ketika hujan turun, rasakan kesejukan yang ditebarkan nya ke penjuru bumi. Amati keindahan setiap tetesan hujan. Meski guntur dan kilat bersahutan, carilah keindahan yang hanya sekejap hadir, sebagaimana kita menanti lampu blizt fotografer yang menangkap senyum terbaik kita. Ketika panas tiba, rasakan kehangatn yang menyelimuti udara. Carilah sinar matahari bagaikan burung kecil yang mengeringkan bulu-bulu sayapnya.

Bahkan ketika hujan dan panas datang bersamaan , carilah keindahan disana. Hanya karena hujan dan sinar matahari maka pelangi akan menampakan keindahannya.

Bersyukur adalah befikir positif. Seseorang si A yang sudah berjalan jauh di pedalaman selama tiga hari dan tidak mendapatkan makan atau pun minum, suatu ketika menemukan air setenganh gelas. Ia berpikir negatif “ Mana mungkin air yang hanya setengah gelas itu bisa memuaskan lapar dan dahaganya yang teramat sangat. “ Maka setelah air yang setengah gelas diminum ia tidak menjadi puas dan tetap merasa lapar dan haus.Disaat bersamaan si B yang juga sudah berjalan selama  tiga hari tanpa makan dan minum, menemukan air setengah gelas . Ia berpikir positif “ Alangkah nikmatnya air yang walau hanya setengah gelas itu dapat memuaskan dirinya yang sudah tiga hari tanpa makan dan minum. “ Maka setelah air yang setengah gelas itu di minum dia merasa puas dan nikmat.

Mereka yang melihat dari kaca mata negatif mudah tertekan. Sedangkan, mereka yang melihat setiap keadaan melalui pandangan positif, akan mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan.

Terkadang mempertanyakan “ mana yang lebih dahuku tercipta : Telur atau ayam “ tidak selalu relevan. Kita bisa mendebatkan apa pun jawaban yang diberikan. Alih-alih mendapat kejelasan, seringkali malah berputar-putar memusingkan kepala. Jauh lebih berharga bila kita menjaga apa yang kita miliki sekarang. Bila telur yang berada dalam genggaman, eramkanlah hingga menetaskan anak-anak ayam. Sebaliknya, bila ayam yang kita miliki, peliharalah agar dapat memberikan telur –telurnya pada kita. Rawatlah apa yang ada dalam penjagaan kita. Gunakan itu sebaik-baiknya. Untuk itulah kita dianugrahi seseuatu.

Sesuatu yang bermanfaat akan semakin bermanfaat bila kita mensyukurinya. Yaitu bila kita menggunakan sesuai dengan tujuan, merawatnya sepenuh hati, dan menjaga agar manfaatnya dapat dirasakan oleh lebih banyak orang. Harta semakin berharga bila tidak hanya ditimbun di gudang, namun didermakan.Sebagaimana kendaraan yang didiamkan bertahun-tahun dalam garasi tak lebih berharga dibanding mikrolet tua yang menarik penumpang.

Wallahu a’lam bishawab.      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar